Kekasihku Hilang Diambil Tuhan
Ardina Mei Devinta Suryana
Pagi
hari di hari minggu, adalah hari yang menyenangkan buat aku. Hari
keluarga dan libur sekolah, di hari itu juga aku selalu merasa bahagia
karena pacarku selalu datang kerumah pada mhari minggu. Semua keluarga
dan kerabat dekat kumpul dirumah. Keadaan rumah yang sepi menjadi sangat
ramai di hari minggu. “ Devi buruan mandi gantian sama yang lain”
teriak ibu. Rumah serasa gempar kalau ibuk bicara, “iya bu, ni devi mau
mandi” jawabku.
Rumahku terasa gerah seperti
jalanan yang macet. Bising, brisik, sumpek dan penuh dengan keponakan
yang lari-larian didalam rumah. Dan bapak, kakak, om, dan tante sibuk
dengan pekerjaan masin-masing. Kakak sibuk dengan motor modifannya itu,
bapak dan om sibuk dengan koran olahraga sedangkan tante sibuk ngurusin
taman bunga bagi tante bunga adalah segalanya. Bunga yang bisa membuat
hidup tante indah. “devi jangan sentuh bunga itu!” suruh tante. Aduh
Cuma setangkai bunga juga kaya sebalok emas aja. “iya tante enggak kok”
jawabku. Tiba-tiba aku terkena duri bunga mawar, “aduh sakit banget”
teriakku kesakitan. Seperti pertanda buruk dengan tiba-tiba perasaanku
terasa tidak enak. “kenapa kamu dev?” tanya tante. Aku melamun
memikirkan firasat burk ini sampai-sampai aku hanya dian saat tante
bertanya padaku. “eh, iya tante nggak papa kok Cuma kena duri aja”
jawabku. Perasaanku semakin tidak enak dan fikiranku menjadi nglantur.
Setelah kejadian itu aku membantu ibu memasak. “bu, devi bantu ya?”
tanyaku. Aku ingin membantu ibu menuangkan air kedala;m panci tapi tanpa
ku sengaja aku menjatuhkannya perasaanku jadi campur aduk sekarang aku
berfikir apa yang akan terjadi dan pertanda apakah ini. “kamu kenapa,
lagi mikirin sesuatu?” tanya ibu. Aku merasa akan terjadi hal yang tidak
ku inginkan. Perassan ini seperti pisau yang melukai hati dan
fikiranku. “udah sana biar ibuk yang beresin!” kata ibu. “bu, kok
perasaan Devi gag enak ya?” tanyaku. “mungkin hanya perasaanmu saja, kok
Tomi nggak kesini?” tanya ibu. Saat ibu menanyakan tentang Tomi hatiku
semakin tak karuan aku bingung apa ini .
Aku
keluar dan melihat kakak membenahi motor. Sekalian nunggu Tomi ngapel
kerumah. “kak, motor terus diurusin ampel pacar sana!” suruhku. Tapi
omonganku nggak digubris sedikitpun. Kak Ridho kalau udah sibuk dengan
motornya lupa dunia. Padahal motornya tiap hari diotak-atik, kalu
dibilangin ngeyel lagi. Punya kakak satu aja yang di urusin motor terus
adiknya gag nah di urusin. “ msih pagi kali neng” jawab kakak.
Bapak dan om masih sibuk dengan koran bolanya. Berdebat tentang bola,
semua dirumah ini punya dunia sendiri. Tapi aku malah dirundung perasaan
yang aneh ini. Man Tomi juga belum datang. “ devi, nunggu Tomi mesti?”
tanya om. “ ah , om tau aja” jawabku. Semua keluarga sudah tahu tentang
hubunganku dengan Tomi jadi semua akrab dengan laki-laki pujaan hatiku
itu. Orangtuaku memberikan kapercayaan yang begitu besar padaku, asal
aku disa jaga diri dan tahu aturan. “Devi nggak maen sama temen-temen,
hari minggu dirumah aja?” tanya bapak. Perasaanku bertambah parah saat
ditanya bapak. “em, nggak pak, capek hari minggu itu hari keluarga”
jawabku.
Pagi ini aku seperti orang yang
kehilangan seseorang dihidup aku. Tapi mungkin hanya perasaanku aja,
terkadanmg fiirasat hanya fikiran yang membuat tidak nyaman tapi ada
juga yang menjadi sebuah pertanda. “ dek, kamu itu kenapa melamun aja?”
tanya kak Ridho. Pertanyaan kak Ridho mengagetkan ku. “ tau ni kak,
perasaan adek nggak enak banget” jawabku. Kak Ridho yang sedang
mengerjakan tugas kuliahnya sambil memperhajtikanku. Aku semakin bingung
dengan perasaanku ini. Aku mencoba melupakannya dan beralih kekegiatan
lain, menganggu kak Ridho Njgerjain tugasnya. “kak, tugasnya banyak ya?”
tanyaku. Kakak hanya tersenyum saja saat aku mengodanya. “kak, aku
pinjem laptopnya ya buat ngegame?” tanyaku. Kakak hanya diam dan
melotot. “kakak pelit ah” seruku. Kakak semakin kesal dengan candaku.
“Devi kakak lagi belajar jangan di ganggu donk!” suruh bapak. Kakak
mengejekku dengan menjulurkan lidahnya.
Sedang asyiknya bercanda dengan kakak Tomi pun datang kerumah. Hatiku
terasa lega malihatnya seperti bunga yang didatangi kumbang. Tomi berada
didepan dan ngobrol sama bapak. “ Devi ini ada Tomi” teriak bapak
memanggilku. Aku segera bergegas keluar dan menemuinya. Dia tersenyum
padaku dengan senyuman khasnya dilengkapi dengan lesum pipit di pipinya
membuat hatiku berdebar-debar. “ sana Tom masuk ibu dan Ridho Didalam!”
suruh bapak. Diruang tamu Tomi bercanda dengan Kak Ridho, dan aku
membuatkan minuman untuk mereka.
Saat aku
memberikan minumanya ke tomi tak sengaja aku menumpahkannya, membuat
baju tomi basah. Aku sedih dan merasa bersalah, perasaanku tidak enak.
Tapi Tomi hanya tersenyum menanggapinya. “ah, Devi mesti tledor” saut
kakak. Aku merasa aneh pada hari minggu ini dari bangun tidur sampai
saat ini banyak kejadian yang aneh. Tapi aku bingung pertanda apakah
ini. Aku semakin penasaran dan tak karuan. Tapi kakak dan Tomi malah
bercanda menanggapinya. Aku marah dan masuk ke kamar, kak Ridho tertawa
melihat tingkahku sedangkan Tomi hanya tersenyum “ kenapa sayank, marah
ya?” tanyanya. Aku nggak marah tapi aku sedanng tidak nyaman dengan
perasaaan ini. Tomi pun menghiburku dengan candanya dan membuatku
tertawa dan lupa akan semua kejadian itu. “ditinggal dulu ya tom,, aku
banyak tugas” kata kak Ridho. Kini tinggal aku berdua sama Tomi diruang
tamu, rencananya mau ngajak pergi tapi baru pukul 10.00 pagi.
Kita hanya diam diruang tamu, dengan parasaanku yang serba nggak enak.
Tomi mulai menngajakku bicara “kalau kamu diberi waktu satu jam saja
sama aku, kamu mau berbuat apa?” tanya Tomi. Tomi seperti ingin
menjeleskan sesuatu tetapi sejanak terdiam dan tanpa kata. Pertanyaannya
semakin membuatku bingung. “ya pastinya nggak akan aku sia-siakan waktu
itu” jawabku. Setelahku jawab dia hanya diam dan meminum minuman yang
kubuatkan untuknya. Kini aku bingung ingin membahas tentang apa tapi dia
mulai membahas tentang ginjal. “tau nggak apa yang terjadi jika ginjla
kita tidak berfungsi?” tanya Tomi. Lah pacaran kok malah bahas tentang
ginjal, aku jadi bingung ketika ia bertanya seperti itu. Tapi Tomi kan
anak IPA, mungkin pelajaran biologinya sampai pada bab ginjal. “ya pasti
yang jelas akan terganggu aktivitas tubuh kita” jawabku. Organ ginjal
adalah organ yang sangat vital, aduh aku malah berfikir yang aneh-aneh.
Aku mencoba mengalihkan pembicaraan ke bahasan lain tapi Tom seakan-akn
ingin menjelaskan sesuatu. “fungsi ginjal sangatlah berarti seperti
menyaring darah, menghasilkan hormon, menjaga keseimbanganasam basa, dan
sebagainya. , kebayang ngak jika ginjal kita nggak berfungsi” tanya
Tomi. Semua pertanyaannya membuatku bingung. Apa hubungannya semua itu
dengan Tomi. Kalau berhubungan denngan pelajaran mungkin nggak gitu
juga. “kamu ngomong apa sih, jadi ngaco gitu?” jawabku. Tomi hanya diam
dan tersenyum padaku, aku semakin merasa tidak enak dengan sikapnya hari
ini. Tiba-tiba dia memegang tanganku erat seperti tak ingin melepaskan
ku dan dia berkata “jaga dirimi baik-baik ya, jangan suka ceroboh
lagi!”. Dia menyuruhku seakan-akan memberi pesan yang terakhir. Tapi aku
menanggapinya dengan positif. “aku sangat sayang sama kamu” kata Tomi.
Saat tomi berkata seperti itu nafasku seakan-akan berhenti dan merasa
bahagia. Tomi selalu tersenyum dan menikmati hidupnya apapun keadaannya.
Aku menyuruhnya menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Tapi Tomi hanya tersenyum mendengarkan semua celotehanku, dan tangannya
menutup mulut ku. Dia selalu membuat hatiku tenang bagaimanapun
keadaannya aku nggak akan pernah bisa jika tanpanya. Dia selalu
mengajarkanku arti sebuah kehidupan, arti disayangi dan dicintai
seseorang dan aku tidak akan pernah menyia-nyiakan cintanya untukku.
Sosok lelaki sepertinya sangat jarang ada didunia ini, “ kok, kamu malah
bengong sih?” tanya Tomi. Aku memikirkan apa yang sedang terjadi
sekarang. Tomi ingin berkata-kata menceritakan sesuatu. Tapi sepertinya
sulit untuknya mengatakan semua itu. Ingin aku memaksanya mengatakan
semuanya, tapi sepertinya dia tidak mudah untuk mengungkapkan semua itu.
Tomi memegang erat tanganku dan berkata “kita putus”. Aku kaget dan
diam, tidak memikirkan apapun yanng ada difikiranku adalah apa salahku,
mengapa dia mengambil keputusan seperti itu. Aku menangis dan hanya diam
aku tidak bisa memandangnya dan tidak pernah berfikir kalu dia
mempunyai fkiran seperti itu. “kenapa, apa salahku?” tanyaku. Saat aku
bertanya dia hanya diam dan bahkan tanpa alasan dia berkata putus. Aku
menangis dan meningglkan dia sendiri diruang tamu, kakak menyusulku
kekamar. “hey, bodoh kamu kenapa ninggalin tomi seperti itu?” tanya
kakak. Aku hanya diam saat kakak bertanya dan aku memutupi mukaku dengan
bantal, aku membuang boneka yang pernah Tomi kasih ke aku.
Kakak keuar dan beralih bertanya kepada Tomi kenapa aku menangis dan
marah seperti itu. Saat kakak bertanya Tomipun hanya diam dan beruusaha
menyusulku kekamar dan mengetok pintu. “Devi, keluarlah aku belum
selesai berbicara denganmu”! suruh Tomi. Tapi aku engan keluar dan
bertemu dengannya, dia memutuskanku tanpa alasan dan aku sedih mendengar
itu semua. Di memohon agar aku keluar dari kamar dan menemuinya.
Akhirnya aku keluar untuk mendengarkan alasannya. “aku hanya ingin kamu
bahagia” kata Tomi. Bahagia Tomi bilang, gimana aku bisa bahagia coba
hidup ditenngah kebingungan seperti ini. Ibu mencoba menenangkanku dan
meminta Tomi untuk berterus terang, “tante, aku sakit dan aku nggak tahu
berapa lama lagi aku bertahan” Tomi menegaskan. Aku menangis dan
memukul dadanya dan berkata “apa maksut kamu?” tanyaku. Tomi hanya
menunduk dan tidak berani menatap mataku takut membuatku sedih. Aku
bertanya-tanya dalam hati apa Tomi sakit ginjal dari tadi dia hanya
hanya membahas tentang ginjal. “aku sakit ginjal stadium akhir” kata
Tomi dengan nada lemah. Seperti ditimpa batu yang beratnya berton-ton,
ibu menangis dan memeluk Tomi. Ibu berkata “Tomi, apa kamu serius dengan
yang kamu katakan?”. Tomi hanya diam dan menagis di pelukan ibu, aku
hanya dan tidak bisa berkata-kata. Kenapa harus Tomi Tuhan, kenapa harus
dia. Tiba-tiba tante Sarah menelfonku.
“Devi,,, apa ini Devinta???” tanya tante Sarah.
“ia tante ini Devi, ada yang bisa saya bantu?” jawabku
“nak, tolong bujuk Tomi untuk mau di kemoterapi!” jawab Tante.
Jadi
selama ini aku menjadi orang yang bodoh dan tidak tahu apa-apa tentang
pacarku, penyakitnya, bahkan tentang cuci darah yang ia jalani. Tomi
memelukku dan minta maaf karena dia terlambat memberi tahuku. aku
mengajaknya kerumah sakit untuk menemui ibunya yang sedang menunggunya
untuk cuci darah. Tapi Tomi menolaknya dia nggak mau untuk menjalani
Kemo lagi. Dia merasa menjadi orang yang tidak berguna saat ia di cuci
darah. Aku tak menyalahkannya, aku merasakan apa yang dia rasakan.
Seakan-akan aku mengantikannya dan merasakan sakit yang ia rasakan.
Kini dirumahku sedang terbalut kesedihan, Ibu, Bapak, kak Ridho talah
menngangap Tomi seperti Keluarga sendiri. Mereka membantuku untuk
membujuknya agar ma,u di Kemo. Tapi akupun tak bisa memaksanya untuk
melakukan itu, aku tak tega melihaktnya sedih. Aku mengajakknya ketaman
tempat biasa kita bertemu. Disana dia mencurhatkan keluh kesahnya
kepadaku. Hatiku menangis ketika dia menceritakan penderitaannya
kepadaku. Aku merasa tidak berguna menjadi teman dekatnya tapi aku nggak
tahu apa-apa tentang penderitaannya. Dia berkata akan selalu
mencintaiku seolah-olah dia akan pergi nanti. Dia mengengam tanganku
dengan erat seperti tak ingin meninggalkanku. “sayanng, jangan sedih
meski nantio kita ada ditempat berbeda aku akan selalu didekatmu” kata
Tomi dengan memberikan sebuah kalung untukku. Dikalung itu tertulis Devi
& Tomi, aku menangis saat dia memakaikannya. “apa sudah tidak ada
harapan?” tanyaku,
“aku terlalu lama
berharap” jawab Tomi. Mendengar jawabannya seperti dia telah lama
mennghadapi penderitaan itu. Tapi Tomi adalah laki-laki yang tegar. Dia
selalu membuatku nyaman berada disisinya, dia telah membuatku tidak bisa
tanpanya,. Tapi kini dia memupuskan harapan itu. Sebuah harapan yang
telah aku ukir untuk kita berdua nantinya. Aku tidak tahu sampai kapan
akan bersamanya, apakah aku masih diberi waktu yang lebih panjang
dengannya atau hanya sedetik saja. Tuhan sangat menyayanginya sehingga
Tomi diberi penyakit yang begitu membuatnya menderita. Tapi dia selalu
percaya bahwa semua akan indah pada waktunya, entah kapan waktu itu akan
ada, entah kapan dia akan bahagia dan akan menderita. Burung yang
berkicau ditaman membuat Tomi tersenyum lebar dan semakin percaya akan
ada sebuah kebahagiaan disana kelak. Dan itu membuatku mengerti dia
begitu percaya dengan anugrah Tuhan yang telah diberikan untuknya. Kini
aku tak sedih lagi walaupun aku tahu bahwa kapan aja Tomi bisa pergi
ninggalin aku.
Tak sedetikpun aku berfikir
bahwa ini akan terjadi didalam hidup aku. Dan aku memaksa Tomi untuk
kerumah sakit sekali saja untuk menunjukan kepadaku bahwa dia akan
semangat untuk hidup. Walaupun mungkin tidak akan ada harapan lagi. Dan
pukul 11.00 tapat aku dan dia telah sampai dirumah sakit dan tante Sarah
telah berada didepan ruang cuci darah. Aku dan tante menunggu Tomi
diluar, disana rasanya hatiku seperti diketuk. Aku sdar selama ini Tomi
selalu berusaha membuatku bahagia dengan menutup-nutupi ini semua
dariku. Bapak , ibu dan kakak datang kerumah sakit, tante Sarah memeluk
ibu dan menangis. Wajarlah Tomi hanya anak sematawayangnya. Dan ayahnya
sudah meninggal 2 thn yang lalu aku ngak kebayang jadi tante sarah
sekarang.
Kami yang menunggu Tomi cuci darah
diam tanpa kata, dan berharap melihat Tomi tersenyum lebar dan bisa
melanjutka hidupnya tanpa penderitaan. Walaupun itu mustahil tapi
setidaknya kami berharap mukjizat datang menghampiri Tomi orang yang
sangat kami kasihi. Aku belum berfikir kedepan bagaimana hidupku kedepan
yang aku fikirkan apakah langkahku kedepan masih berdampingan dengan
Tomi, laki-laki yang mampu membuatku mengerti arti kehidupan. Melihat
wajah tante Sarah yang murung membuatku tak tahan. Dan aku pergi ketaman
untuk menenangkan sejenak fikiranku. Ditaman berhiaskan bunga yang
indah dan merekah, bunga yang selalu didampingi kumbanngnya. Tapi aku
ditaman hanya sendiri tanpa Tomi disampingku. Terlihat sekumtum bunga
yang sedang layu seakan-akan melambangkan kesediahku sekarang, layu
tanpa seorang kekasih disampingku sekarang. Tapi dihatiku yang paling
dalam selalu ingin Tomi ada dimanapun dan kapanpun aku berada. Tapi kini
harapanku pupus.
Setelah 10 menit aku
ditaman kak Ridho menelponku. “dek cepat kerumah sakit sekarang Tomi
igin bertemu denganmu”. Mendengar perkataan kak Ridho aku langsung pergi
menuju rumah sakit dimana Tomi dirawat. Sampai disana aku hanya melihat
tangisan tante Sarah. “Devi, Tomi kritis” kata tante. Aku segera masuk
keruangan untuk menemuinya. Tomi memandangiku penuh penghayatan begitu
pula dengan aku. “aku akan selalu cinta kamu” kata Tomi dengan lemah.
“aku jg akan selalu cinta kamu” jawabku. Akku menangis dan mengengam
tangannya. Aku tak ingin melepaskan gengamanku. Aku tidak ingin dia
meninggalkanku, tante Sarah menangis dan memeluk Tomi dan memelukku.
Akupun menangis saat Tomi berkata “mamah, jaga cinta Tomi jangan biarkan
dia sedih dan Devi jaga mamah jangan biarkan mamah sedih”.
“Tomi, jangan tinggalkan kami!” kataku. Aku tidak bisa membendung
kesedihan ini aku dan semuannya berharap Tomi akan baik-baik saja.
Keadaan Tomi mulai melemah dan berkata “aku akan bahagia disana bersama
papah mah”. Tante Sarah menangis dan berkata “kamu jahat Tomi membiarkan
mamah sendiri disini”. Aku, ibu, bapak, dan kakak bersedih melihat
tante menangis. “akan ada kebahagiaan kelak mah” kata tomi. Diruangan
itu kami bersedih, diruangan itu kami menumpahkan air mata dan diruangan
itu pula Tomi mengucapkan kata cinta terakhirnya untukku “aku cinta
kamu”. Aku menangis dan tak terbendung lagi “aku juga cinta kamu”
jawabku. Tomi menyebut nama Allah “Lailahailallah” dan menghembuskan
nafas terakhir.
Semua menangis melepas
kepergian Tomi, tante Sarah memelukku erat dan Berteriak “mengapa anakku
Engkau ambil pula Ya allah, tak cukupkah Engkau mengambil suamiku”.
Kami semua dirundung kesedihan pukul 12.12 Tomi meninggalkan kami untuk
selamanya. Panjang pendeknya hidup kita sudah ada yang mengatur. Upacara
pemakamannya penuh dengan tangisan dari keluarga dan teman-temannya
yang tak mengira bahwa Tomi akan pergi secepat itu. Tante Sarah tak
berhenti menangis “tante biarka Tomi tenang disana, Devi yakin dia akan
bahagia DisampingNya” kataku. Dan tante memelukku penuh kesedihan, kini
cintaku telah pergi untuk selamanya pergi dan takkan kembali. Tak pernah
terbayangkan akan secepat ini dia pergi. Dibawah batu nisan kini tlah
ia sandarkan kasih sayangnnya ya begitu dalam kepadaku. Dimana lagi akan
aku temikan kasih sayang yang tulus seperti Tomi nanyayangiku. Kemana
lagi aku akan mencari sesosok pria yang sangat mengerti aku. Tak akan
aku temukan laki-laki seperti dia, akankah aku temukan bahagia seperti
bahagiaku dengannya. “Devi, jangan lupakan tante ya!, biarkan tante
mengangapmu sebagai anak perempuan tante” kata tante. Aku selalu ingin
membuat orang yang aku sayangi bahagia seperti yang Dilakukan Tomi
membuat Orang yang dia sayangi bahagia dismpingnya. Saat bahagiaku
adalah saat duduk berdua dengannya, kini tinggal kenengan yang terukir
didalalm sanubariku kenangan yang terindah yang pernah tertulis dalam
hidupku. Kenangan terindahku bersamanya. Tuhan jaga dia disisimu berikan
dia tempat terindahmu di Surga. Engkau begitu menyayanginya Tuhan
sehingga Kau ambil dia dan menjaganya disampingMu. Sekarang aku ikhlas
Kau mengambilnya, dan berikan Hambamu kekuatan untuk hidup tanpanya. Aku
selalu berdoa yang terbaik untuk orang yang aku sayangi. Kurang lebih
hidupku berarti karenanya.
Saat terindah saat bersamamu
begitu lelapnya akupun terbuai, sebenarnya cinta takkan berakhir namun
takdir menuliskan kita harus berakhir. Seganap hatiku luluh lantah,
mengiringi dukaku yang kehilangan dirimi sungguh ku tak mampu tuk
meredam kepedidan hatiku untuk merelakan kepergianmu. Hanya kamu, dan
kamu, dan akan hanya kamu dihatiku.
Kini
tidak akan lagi hari minggu seperti hari mingguku dengan Tomi hanya
sebuah kenangan-kenangan yang terukir indah dihari minggu. Ini
menngajarkanku menghargai sebuah kehidupan dan selalu melakukan yang
terbaik untuk hidup, tak peduli apa yang telah terjadi dan akan terjadi
tapi berfikir apa yang terbaik dalam sebuah kejadian. Aku akan melewati
hari-hari berikutnya tanpa Tomi, tanpa jasmani Tomi tapi dengan Cinta
Tomi yang tumbuh dihatiku. Biarlah kusimpan sampai nanti aku kan ada
disana kenanglah diriku dalam kedamaian ingatlah cintaku kau tak
terlihat lagi namun cintamu abadi. Meski kini kita didunia berbeda tapi
akan ada kebahagiaan didunia kita. Ebuah puisi cinta untuk engkau yang
disana didunia yang berbeda. Dirimu dihatiku tak lekang oleh waktu.
Dirimu akan dihatiku selamanya, dan selamanya, terus selamanya dihatiku.
Cinta kau tak ada didunia nyata
Cinta kau semu dalam nyata
Cinta kenangan dalam jiwa
Cinta terukir selamanya
Aku tak bisa melihatmu
Aku bisa merasakan cintamu
Kan ku simpan sampai nanti
Sampai nanti aku kan disana
Sebuah kisah cinta
Puisi indahku yang aku buat untuk Tomi, puisi ungkapan hatiku. Adakah
disana dia rindu padaku meski kini kita didunia berbeda bila masih
mungkin waktu ku putar kan kutunggu dirinya kekasih sejatiku yang telah
tiada.
THE END